Jumat, 06 Januari 2012

Jenuh Menjadi Ibu Rumah Tangga Saja?

Ketika memutuskan untuk menikah seorang perempuan harus sudah siap untuk melanjutkan hidupnya .Yang secara otomatis memiliki alur yang berubah drastis dengan saat masih sendiri. Dari awalnya hidup sendiri dan bergantung pada orang tua. Setelah menikah memiliki tanggungjawab tidak hanya pada diri sendiri saja tetapi juga mengurusi suami. Tugas utama seorang perempuan adalah sebagai pendamping bagi seorang suami, tidak ada kewajiban untuk mencari nafkah. Jika kesepakatan sudah dibuat diantara kedua pasangan maka cara apapun yang di tempuh dalam rumah tangga akan bisa berjalan baik.
Setelah menikah prediket sebagai ibu rumahtangga, langsung melekat pada diri perempuan itu. Ibu rumah tangga yang merangkap sebagai wanita bekerja akan menikmati hari-harinya dan memiliki alur hidup yang lebih dinamis. Tetapi buat ibu rumah tangga yang tok hanya tinggal diam di rumah mengerjakan pekerjaan rumahtangga, alur hidupnya terasa kurang bervariasi. Apalagi jika profesi sebagai ibu rumahtangga itu membuat si perempuan merasa minder, karena orang-orang sekelilingnya menganggap remeh profesi itu.
Cukup banyak wanita yang mengalami krisis percaya diri saat mereka tiba-tiba harus menjadi ibu rumahan. Apalagi sebelumnya beliau adalah seorang wanita yang aktif, punya karier atau aktivitas dan juga memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi. Satu atau beberapa bulan setelah menikah mungkin senang-senang saja menikmati, tetapi setelahnya mulai dilanda kejenuhan.
Rasa jenuh bisa muncul dari dalam diri sendiri, atau juga bisa disebabkan lingkungan. Seperti sentilan atau pertanyaan orang tua, atau tetangga “Heh, kamu kuliah tinggi-tinggi lha kok ujungnya jadi ibu rumah tangga saja?” atau kata-kata yang seakan-akan menyindir mengatakan “untuk apa ijazahmu? Kok ga terpakai? Kasihan orang tuamu sudah habis duit banyak untuk menyekolahkanmu!” dan masih banyak selentingan-selentingan yang biasa kita dengar baik halus ataupun pedas membuat telinga merah.
Terus-terusan direcoki dengan kalimat-kalimat negative seperti itu lama-lama akan memberi efek psikologis yang tidak baik bagi siperempuan itu. Maka mulailah ia terserang lelah tanpa sebab hingga stress dengan posisinya. Kondisi ini tentu tidak sehat bagi hubungan dengan pasangan.
Selain faktor di atas, ada juga perempuan yang punya keinginan untuk membantu suaminya dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Hingga pilihan untuk hanya menjadi ibu rumahan saja dirasanya kurang efektif sebab begitu banyak waktu terbuang percuma, setelah semua pekerjaan rumah kelar. Wanita ini berpikir dengan melakukan sesuatu yang kreatif di kala senggangnya sebagai ibu rumah tangga akan lebih bermanfaat.
Maka mulailah membicarakan alternatif pekerjaan yang bisa dilakukan untuk meperoleh kesibukan sehingga kejenuhan bisa berkurang. Banyak pilihan yang bisa dilakukan seorang ibu rumah tangga, semua tergantung hobi, minat dan bakat apa yang terbaik yang dimiliki. Beberapa ibu-ibu yang kreatif dengan tangannya yang terampil bisa membuat sebuah karya yang dapat menghasilkan uang, misalnya keterampilan memasak, membuat kue, menjahit merangkai bunga atau hal-hal kretaif lainnya. Hal ini tentu saja butuh keahlian dan kesabaran dalam menjalankannya.
Sebagian yang lain memilih untuk memulai sebuah usaha atau berbisnis. Memang butuh modal, tetapi kita bisa menentukan seberapa besar modal yang kita punya? Dan pilihlah usaha yang pas yang sesuai dengan anggaran yang tersedia. Ini menjadi sebuah pilihan menarik karena kebanyakan wanita bekerja paling khawatir dengan perkembangan anak-anaknya. Siapa yang mengasuh? Menggunakan jasa pembantu atau di asuh sendiri dengan resiko memang sedikit repot. Buat saya sendiri berbisnis menjadi pilihan yang paling sesuai untuk saya, saya bisa mengasuh anak-anak, mengikuti perkembangan mereka di samping saya juga mempunyai aktifitas lain selain hanya pekerjaan rumah semata dan tentu saja mendapat tambahan penghasilan.
Setiap kita punya cara sendiri memilih kegiatan atau aktifitas sampingan selain sebagai ibu rumahtangga. Apapun itu yang terpenting kita tidak melupakan tanggungjawab kita sebagai seorang istri dan seorang ibu. Saat kita telah mencapai sebuah kesuksesan, jangan merasa lebih dari suami sehingga ia menjadi tersudutkan. Bagaimanapun juga, suami adalah imam, kita disatukan untuk saling melengkapi satu sama lainnya. Saling mengisi, karena rumahtangga itu tidak bisa didayung sendiri.

http://lifestyle.kompasiana.com